Selasa, 30 Juli 2019

Menanam beton

Kenapa ya bapak yang memakai dasi itu suka menyuruh yang lain menanam beton?
Pak tani, apa kau tau kenapa dia tidak lebih suka menanam padi. Buat makan orang-orang melarat seperti kami. Mengisi perut yang seringkali di isi dengan air putih saja.
Kami lebih mencintai pak tani, yang mengenyangkan perut kami dari hasil panen-panennya.

Kami ini tidak makan dari panen betonmu atau besimu itu kan? Hai pak berdasi.
Harusnya biji padi ataupun cabe yang ditanam, atau menanam jagung, tebu, sayur mayur, coklat, kopi, pohon mahoni, pohon kapuk, pohon apa sajalah.
Tak cukup banyak kah beton yang telah ditanam.

Tanamanmu tak memberi hasil oksigen, hai pak berdasi. Sekali lagi.
Kau tau bukan, kami melarat di negara berkembang ini?
Harusnya kami makan dengan lahap, nasi putih hangat dengan lauk ikan, sayur melimpah. Bukan nasi karak dan ikan asin setiap hari, karena tanamanmu tak ikut menghasilkan sayur. Bahkan apa yang sedang disebut industrialisasi membunuh ikan sebagai lauk kami.

Lalu kami harus bagaimana?
Apa bapak-bapak dan ibu-ibu kami, para petani itu harus pontang panting atas merosotnya harga sayur di pasar?
Kalau anjlok, apalah daya
Yang naik darahnya, bahkan dengan ububan kemarahan membuang hasil panennya
Tomat bagai sambal diatas aspal, muncrat dilindas sepeda dan mobil

Itu salah satunya


Gedung boleh terus tumbuh dan beranak pinak
Berkembang liar
Lalu apa tega kau lihat cicitmu nanti makan aspal?
Makan beton berkarat?
Mereka akan buta terhadap hijaunya hutan pertiwi, mereka akan asing dengan tanah coklat kebanggaan nusantara


Aku sesali kelemahan kami orang melarat
Cuma bisa bersyair laiknya pujangga
Melihat tanah kami dilahap alat berat
Melihat tanah kami ditanami batu, di tancapkan besi, dihiasi kaca
Ya! Kami hanya melihat
Kami berteriak keras pun, menangis nanah, kalian akan tetap tuli
Mengelus dada pada diri
Peradaban macam apa ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar